Sabtu, 26 Februari 2011

        Bandung barat, 26 Februari 2011

Hal : Lamaran Pekerjaan

Kepada Yth.,
HRD
PT.ALKINDO

Jl. Raya Industri Cimareme No.14
Bandung Barat


Dengan hormat,

Dengan ini saya mengajukan permohonan pekerjaan yang bapak/ibu pimpin,
Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankan saya mengajukan diri (melamar kerja) untuk bergabung di perusahaan yang bapak/ibu pimpin.
Mengenai diri saya, dapat saya jelaskan sebagai berikut :

Nama                                       : Badruzaman
Tempat Tanggal Lahir             : Bandung 11 September 1987
Alamat                                    : Kp. Cicalengka RT. 01/03 Ds. Mekarmukti
                                                  Kec. Cihampelas Kab. Bandung Barat
Pendidikan terakhir                 : MA (madrasah aliyah)
No HP                                     : 087822035118

Sebagai bahan pertimbangan, saya lampirkan :
1.      Daftar Riwayat Hidup.
2.      Foto copy ijazah terakhir
3.      Foto copy sertifikat kursus/pelatihan.
4.      Pas foto terbaru.

Besar harapan saya untuk diberi kesempatan wawancara, dan dapat menjelaskan lebih mendalam mengenai diri saya. Seperti yang tersirat di resume (riwayat hidup), saya mempunyai latar belakang pendidikan, pengalaman potensi dan seorang pekerja keras.
Demikian saya sampaikan. Terima kasih atas perhatian Bapak.




    Hormat saya,



BADRUZAMAN

Selasa, 15 Februari 2011

Kemiskinan, dan Hak-hak Rakyat Yang Dirampas
Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah Indonesia sebagai nation state, sejarah sebuah negara yang salah memandang dan mengurus kemiskinan. Dalam negara yang salah urus, tidak ada persoalan yang lebih besar, selain persoalan kemiskinan.
Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus
urbanisasi ke kota, dan yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara terbatas.
Kemiskinan, menyebabkan masyarakat desa rela mengorbankan apa saja demi keselamatan hidup, safety life (James. C.Scott, 1981), mempertaruhkan tenaga fisik untuk memproduksi keuntungan bagi tengkulak lokal dan menerima upah yang tidak sepadan dengan biaya tenaga yang dikeluarkan. Para buruh tani desa bekerja sepanjang
hari, tetapi mereka menerima upah yang sangat sedikit.
Kemiskinan menjadi alasan yang sempurna rendahnya Human Development Index (HDI), Indeks Pembangunan Manusia Indonesia. Secara menyeluruh kualitas manusia Indonesia relatif masih sangat rendah, dibandingkan dengan kualitas manusia di negara-negara lain di dunia. Berdasarkan Human Development Report 2004 yang menggunakan data tahun 2002, angka Human Development Index (HDI) Indonesia adalah 0,692. Angka indeks tersebut merupakan komposit dari angka harapan hidup saat lahir sebesar 66,6 tahun, angka melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 87,9 persen, kombinasi angka partisipasi kasar jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi sebesar 65 persen, dan Pendapatan Domestik Bruto per kapita yang dihitung
berdasarkan paritas daya beli (purchasing power parity) sebesar US$ 3.230. HDI Indonesia hanya menempati urutan ke-111 dari 177 negara (Kompas, 2004).
Kemiskinan telah membatasi hak rakyat untuk (1) memperoleh pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan; (2) Hak rakyat untuk memperoleh perlindungan hukum; (3) Hak rakyat untuk memperoleh rasa aman; (4) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan hidup (sandang, pangan, dan papan) yang terjangkau; (5) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pendidikan; (6) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan kesehatan; (7) Hak rakyat untuk memperoleh keadilan; (8) Hak rakyat untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan publik dan pemerintahan; (9) Hak rakyat untuk berinovasi;(10) Hak rakyat menjalankan hubungan spiritualnya dengan Tuhan; dan
(11) Hak rakyat untuk berpartisipasi dalam menata dan mengelola pemerintahan dengan baik.
Wakil Presiden Boediono dalam pengarahannya pada Rakernas Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) pada awal Desember 2010 lalu menyatakan, komitmen untuk mengurangi kemiskinan secara nasional jangan dijadikan sekadar bermain-main dengan angka statistik, tetapi harus benar-benar diwujudkan dalam bentuk tercapainya kesejahteraan. Oleh karena itu, sangat penting upaya untuk terus-menerus meningkatkan pertumbuhan secara regional dengan program infrastruktur, peningkatan investasi, dan lainnya agar tercapai penurunan angka kemiskinan.

Pernyataan Wapres Boediono tersebut, menurut saya, mengandung empat pesan substantif. Pertama, kemiskinan jangan diukur hanya dengan angka. Kedua, angka penduduk miskin
'haram' hukumnya untuk dimanipulasi. Ketiga, program anti kemiskinan, baik langsung maupun tidak langsung harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Dan keempat, pencapaian kesejahteraan harus menjadi tujuan dan bukan sebatas 'hapus'-nya kemiskinan.

Untuk tiga pesan yang disebutkan di atas, tentu bukan merupakan pernyataan baru. Pasalnya, angka statistik khususnya, bukan merupakan indikator 'hidup' untuk menjelaskan tingkat kedalaman parahnya kemiskinan di satu pihak dan proses pemiskinan masyarakat miskin di pihak lain. Yang baru, menurut saya, adalah pesan keempat.

Pesan ini mengandung arti bahwa capaian pembangunan harus diarahkan pada pencapaian kesejahteraan masyarakat dan bukan sebatas hilangnya kemiskinan. Jika benar pesan yang dimaksudkan Wakil Presiden demikian, pikiran pemerintah seperti ini menunjukkan suatu kemajuan yang perlu diacungi empat jempol. Cuma persoalannya, bagaimana mungkin capaian kesejahteraan diperoleh, sementara cara pengukurannya masih menggunakan garis kemiskinan (GK) absolut yang ditetapkan Badan Pusat Statistik (BPS)?

Kritik GK Absolut

Garis kemiskinan (GK) absolut sudah sejak lama dikritisi. Kritik utamanya, ukuran ini hanya merefleksikan ketidakcukupan pemenuhan kebutuhan hidup yang paling dasar manusia (butsarman) saja. Namun, anehnya, pemerintah tidak pernah melakukan perubahan substantif. Kalaupun ada, perubahan yang dilakukan masih terbatas pada penyesuaian tingkat harga kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang berlaku. Padahal, kemiskinan harus pula mencakup dimensi lain, seperti tidak adanya kesempatan (lock of opportunity), rendahnya kapabilitas (low capability), adanya keadaan tidak aman (insecurity), dan ketidakberdayaan (World Development Report, 2000).

Memang benar, pengukuran kemiskinan dengan mengadopsi dimensi-dimensi di atas dipastikan memperbesar jumlah orang miskin sehingga memiliki dampak sosial ekonomi dan politik menjadi negatif. Dampaknya antara lain tidak saja berpengaruh pada keenganan investor asing dan domestik menanamkan modalnya dan atau memperluas usaha, tetapi juga dapat merongrong keberadaan rezim yang berkuasa. Apalagi, dalam era reformasi ini, kecenderungan untuk memberi kritik lebih besar daripada memberikan solusi.

Namun begitu, harus juga diakui, adopsi garis kemiskinan yang lebih luas cakupan dimensinya memiliki banyak keuntungan. Selain memotivasi kita untuk lebih bekerja keras dan cerdas, juga dapat berdampak pada perbedaan kebijakan yang akan diambil dalam usaha pengentasan kemiskinan. Oleh karena itu, penggunaan GK absolut yang digunakan BPS selama ini harus ditinggalkan. Lantas, bagaimana menguantifikasi GK yang mengadopsi dimensi ekonomi dan nonekonomi di atas?

Tidak mudah

Memang tidak mudah untuk menguantifikasi GK yang mampu menangkap seluruh dimensi ekonomi dan nonekonomi kemiskinan. Alasannya jelas, yaitu menyangkut adanya pengubah nonekonomi yang tidak dapat dikuantifikasi secara konkret (kecuali dengan proxy).

Dalam literatur pun, metode penetapan GK masih terbatas pada tiga pendekatan, yakni absolut, relatif, dan subjektif. Kalau pendekatan absolut mematok GK pada tingkat hidup (diukur dari pendapatan atau pengeluaran) per kapita berada di atas atau di bawah kebutuhan hidup yang paling dasar (makanan dan nonmakanan), sementara GK relatif mendasarkan ukurannya pada apakah tingkat hidup seseorang (diukur dari pendapatan atau pengeluaran) yang berada di atas atau di bawah tingkat pendapatan atau pengeluaran masyarakat tempat seseorang tersebut tinggal, sedangkan GK subjektif mengukur kemiskinan pada persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri.

Dalam konteks mewujudkan capaian kesejahteraan yang disampaikan Wakil Presiden dan sulitnya melakukan kuantifikasi terhadap dimensi nonekonomi kemiskinan, GK relatif merupakan pilihan terbaik untuk menggantikan GK absolut. Bahkan, GK relatif ini juga telah lama dipakai di negara-negara maju dalam usaha menghapus penyakit kemiskinan, sedangkan GK subjektif tidak tepat karena ukuran itu bersifat subjektif sehingga memiliki keterbatasan dalam keterbandingan antarwaktu dan antargolongan masyarakat dan kurangnya data survei yang dapat dipercaya (Asra, 2010).

Oleh karena itu, keberanian untuk mengambil keputusan ekonomi dan politik dengan menggunakan GK relatif sebagai pengganti GK absolut sudah saatnya dilakukan. Pasalnya, tidak saja untuk lebih memicu komitmen dan keseriusan pejabat di pemerintah pusat dan kepala daerah, tetapi juga untuk memacu para pihak yang berkepentingan lain di masing-masing daerah untuk terlibat dalam program tersebut khususnya dalam upaya making decentralization works for the poor.

Tanpa keberanian tersebut, keyakinan kita untuk mencapai komitmen Millenium Development Goals (MGDs) mengurangi penduduk miskin menjadi setengahnya pada tahun 2015 dan apalagi memiliki peluang masuk dalam kelompok 10 besar perekonomian dunia pada 2025 akan merupakan isapan jempol semata. Bukankah Indonesia tidak pernah bermimpi menjadi negara yang demokratis? Namun, dengan keberanian para pemimpin, mimpi tersebut kini menjadi kenyataan. Lantas, mengapa tidak dengan penggantian garis kemiskinan ini? Insya Allah.

Sabtu, 05 Februari 2011

Eminem - Love The Way You Lie ft. Rihanna

saat kusadari kau yang paling berarti dalam hidup ku
sekian lama ku mencari namun tak juga kutemui 
ternyata kau tak bisa hilang dalam hatiku ini.
dan ku berharap kau kembali ,,
tak kan pernah ku ijin kan hadirnya yang laen.......
ku berharap kau disisiku temani aku lagi...
disini ku merindukan mu senyum tangis di dekapan ku..
kini kau telah pergi saat ku lukai semua nya seakan telah berakhir....

Kamis, 03 Februari 2011

judika -bukan rayuan gombal.mp3 - 4shared.com - penyimpanan dan berbagi-pakai file online - unduh - judika -bukan rayuan gombal.mp3

judika -bukan rayuan gombal.mp3 - 4shared.com - penyimpanan dan berbagi-pakai file online - unduh - <a href="http://www.4shared.com/audio/YhoiUNt7/judika_-bukan_rayuan_gombal.html" target="_blank">judika -bukan rayuan gombal.mp3</a>

Astrid - Tentang Rasa

Judika - Setengah Mati Merindu

She - Bukan Untuk Sembarang Hati

http://www.filehippo.com/download_ccleaner/

SANGUPKAH AKU - ANDY LIANY

KASIH JANGAN KAU PERGI by BUNGA band

power slaves jika kau mengerti / selamat tinggal

U CAMP '' BAYANGAN""

http://www.smadav.net/

http://www.smadav.net/
http://www.filehippo.com/
1 Votes
Quantcast
wonderful-usb-flash-disk-1954172115Pagi ini saya memulai lagi kerja praktek yang hampir satu bulan di jalani, seperti biasa jam 06.30 WIB saya menunggu jemputan Sefta teman sekelas untuk berangkat bareng ke kantor tempat KP yang tak jauh dari tempat tinggal sementara saya.
Tiba di kantor orang-orang masih terlihat sepi, hanya ada beberapa saja karyawan yang mulai berdatangan.
Hari ini dapat job dari Pak Ponidi untuk memperbaiki dua buah flashdisknya yang sedang dalam kondisi kritis, satu gak mau di format dan kapasitasnya 0 kb, dan satunya gak mau terdetect di PC.
Coba cari-cari info, akhirnya ketemu juga software untuk memperbaiki flash disk yang gak mau di format dan kapasitasnya 0 kb.
Kalau mau softwarenya klik disini
Tinggal yang jadi masalah flashdisk satunya lagi yang gak mau terdetect di kompie, ayo sahabat ada yang bisa bantu, sok langsung di comment aja!!!

TIPE-X SELAMAT JALAN